Oleh: DR H Agus Setiawan, Lc., MA
Sahabat Abu Darda ra bercerita: Suatu ketika saya duduk bersama Nabi SAW, tiba-tiba Abu Bakar datang sambil menyingsingkan pakaiannya hingga kedua lututnya terlihat (maksudnya berjalan bergegas).
Nabi SAW bersabda, “Temanmu itu pasti habis bertengkar”. Abu Bakar mengucapkan salam kemudian berkata, “Ya Rasulullah, saya baru saja bertengkar dengan Umar bin Khattab ra. Saya berkata kasar kepadanya (atau berkata dengan nada tinggi) lalu saya menyesal. Saya sudah meminta maaf kepadanya, namun dia menolak. Sehingga saya sekarang menemui Anda”.
Rasulullah SAW bersabda, “Semoga Allah mengampunimu hai Abu Bakar”. Beliau mengulangi ucapan itu tiga kali. Nun disana, Umar juga menyesal kemudian datang ke rumah Abu Bakar.
Umar bertanya, “Apakah Abu Bakar di rumah?” Keluarganya menjawab, “Tidak”. Umar segera menemui Nabi SAW dengan mengucapkan salam. Wajah Nabi SAW tampak tidak berseri-seri, sehingga Abu Bakar merasa iba.
Abu Bakar ra segera berlutut dan berkata, “Ya Rasulullah, demi Allah, kezaliman saya kepada Umar melebihi kezaliman Umar kepada saya”. Abu Bakar mengulangi kata-kata itu dua kali.
Kemudian Nabi SAW bersabda, _“Ketika Allah mula-mula mengutusku sebagai Rasul, kalian mengatakan, “Muhammad berdusta, sedangkan Abu Bakar ketika itu langsung berkata, Muhammad benar. Abu Bakar telah membelaku dengan dirinya dan hartanya. Mengapa kalian menyakiti sahabatku ini (Abu Bakar)?”. Beliau mengulangi kata-kata itu dua kali. Sejak itu Abu Bakar tidak pernah disakiti hatinya._ (HR Bukhari No. 3661)
Subhanallah begitu mulia perilaku masyarakat Sahabat. Abu Bakar ra mengakui salah. Menyesal. Meminta maaf. Walau tak mendapatkan maaf, namun saat melihat wajah Nabi SAW berubah melihat kedatangan Umar ra, Abu Bakar memohon agar Nabi SAW jangan marah.
Umar pun menyesal tak memberi maaf kepada Abu Bakar ra. Dengan bertanggung jawab Umar ra mendatangi rumah Abu Bakar ra untuk memohon maaf.
Subhanallah ...
Tarbiyah atau pendidikan yang dilakukan Nabi SAW betul-betul membuahkan hasil yang luar biasa. Para sahabat tetap manusia biasa. Kadang salah. Kadang keliru. Namun mereka cepat tersadar. Menyesal. Bahkan 'memburu' diri untuk diberi hukuman.
Mungkinkah ini dicapai hanya sekedar dari sebuah majelis ilmu yang hanya bertumpu pada penguasaan ilmu? Tentu tidak. Mungkinkah dicapai hanya dengan melalui ceramah motivasi? Tentu tidak. Bukan juga penitikberatan ibadah tanpa 'ruh' dan ilmu.
Akan tetapi sebuah pola pendidikan yang komplit; Ilmu, amal dan akhlak. Sehingga amal para Sahabat Nabi SAW luar biasa kualitas dan kuantitasnya. Namun berdasar ilmu. Juga internalisasi ilmu dan amal yang ter-ejawantahkan dalam akhlak.
Semoga kita mampu mencontoh para Sahabat. Aamiin. Kalau Mereka Mampu Mengapa Kita Tidak? Wallahu A'lam
Emoticon